Rabu, 23 Maret 2011

format asuhan keperawatan sistem perkemihan


 oleh: arip maulana
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA GANGGUAN POLA ELIMINASI URINE
1. Pengkajian
a. Nama         : Untuk membeda-bedakan masing-masing pasien.
Umur             : Sebagai pertimbangan cara pendekatan yang akan digunakan.
Jenis kelamin : Untuk membedakan, dan menentukan jenis Kelamin Klien.
Pekerjaan         : Untuk mengetahui sumber penghasilan keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Alamat           : Untuk mengetahui asal pasien / tempat tinggal (berhubungan erat dengan lingkungan dan sanitasi).
Suku bangsa : Untuk mengetahui adat yang digunakan Klien.
Pendidikan    : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Klien.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama dikaji untuk mengetahui alasan mengapa klien sampai dibawa ke Rumah sakit. Pada gangguan eliminasi urinne biasanya klien tidak bisa BAK atau BAK yang tidak terkontrol
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang dengan keluhan sulit berkemih, kalau berkemih harus mengejan dengan kuat, walau minum banyak tapi klien BAK tetap sedikit.
d. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Riwayat Penyakit masa lalu dikaji untuk mengetahui apakah klien pernah mempunyai penyakit yang sama atau apakah klien pernah mempunyai riwayat alergi, gangguan absorbsi dan pernah menderita riwayat penyakit akibat gizi buruk dan Higiene Sanitasi yang buruk.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Penyakit Keluarga dikaji untuk mengetahui apakah ada keluarga yang pernah mempunyai Penyakit yang sama atau Penyakit yang menular/menurun.
f. Riwayat Psikososial dan spiritual
Klien dengan masalah ini biasanya mengalami konsep diri, klien merasa tidak percaya diri dan malu pada penyakitnya, klien dalam masalah ini biasanya kesulitan dalam beribadah
g. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Pola aktifitas sehari-hari perlu dikaji diantaranya :
- Makan    : Makanan yang dikonsumsi individu mempengaruhi eliminasi, intolerensi pada jenis makanan tertentu dapat mengakibatkan diare.
- Minum   : - Asupan minuman/cairan yang menurun dapat mempengaruhi pola eliminasi .
- Eliminasi : pasien mengalami gangguan dalam berkemih , pasien yang mengalami retensi urine mengaku tidak bisa BAK, da pasien yang mengalami inkontinensia mengeluh tidak dapat mengontrol pola berkemihnya
- Tidur      : Pola istirahat tidur ikut terganggu akibat dari blas penuh karena keinginan untuk berkemih yang terus menerus.
- Aktifitas Lain : Kurangnya mobilisasi dapat mengakibatkan klien mengalami gangguan pola berkemih
.
h. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
è Kesadaran
Dikaji untuk mengetahui keadaan umum klien pada/menurut GCS (Goslow Coma Skala). Respon Mootorik = 6
Verbal = 5
Mata = 4
15 compos mentis
è Tanda-tanda Vital
Tensi (tekanan darah) = 120/80 (normal)
Nadi = 100-120 x menit (anak-anak normal).
Suhu = 36 – 370 c (normal).
Respiration RUB = 23 x /menit (normal)
à Status gizi : BB menurun jadi status gizi menurun
2. Pemeriksaan cepalo caudal
→ Kepala
Pada kasus gangguan pola eliminasi urine biasanya tidak mengalami gangguan , kecuali pada kasus – kaus tertentu seperti GNA., yang bisa mengalami edema palpebra
→ Hidung dan Telinga
ü Pada gangguan eliminasi urine biasanya dari pemeriksaan.
Inspeksi : Bentuk hidung simetris, warna sama dengan daerah sekitarnya.
Palpasi : Biasanya tidak ada nyeri tekan, tidak ada polip
ü Pada Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, warna sama dengan daerah sekitarnya, tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada pendarahan.
Palpasi : Biasanya tidak ada nyeri tekan, tidak ada polip.
→ Mulut dan Lidah
Biasanya pada gangguan eliminasi Urine Mukosa mulut terlihat kering dan lidah tidak kotor.
→ Leher dan Tenggorokan
Pada leher dan tenggorokan tidak ada pembesaran getah bening maupun tyroid.
→ Pada Dada / Thorax
ü Pemeriksaan Paru
Inpeksi : Yang dikaji meliputi bentuk dada yaitu bentuk dada corong (funnel chest), bentuk dada tong (Barrel chest), bentuk dada burung (pigeon chest) selain itu yang dikaji yaitu Pernafasan Klien.
Palpasi : Yang dikaji yaitu terdapatnya nyeri tekan, peningkatan/ penurunan Fokal Fremitus serta ekspansi Paru.
Perkusi : Yang dikaji letak/batas paru (suara, resonan, tympani, redup).
Batas Paru :
Kanan
Kiri
Pada ICS 1-2 resonan
Resonan pada ICS 1-2 dan 6
Pada ICS 3-4 redup
karena ada hepar
Pada ICS 3-5
karena ada jantung
Pada ICS 5-6 tympani
Pada ICS 7 tympani
Auskultasi : Yang dikaji suara tambahan paru.
Misalnya : weeling, rales, ranchi, pleura fraction Rub.
ü Pemeriksaan Jantung
Inpeksi : Yang dikaji ictus cordis terlihat atau tidak.
Palpasi : Yang dikaji teraba dan kekuatan uctus cordis
Ictus cordis terletak pada ICS 5 mid claucula line sinistra.
Perkusi : Yang dikaji batas-batas Jantung normal
Batas Jantung atas pada ICS 3
Batas Jantung atas pada ICS 5
Batas Jantung kanan pada linea sternalis sinistra.
Batas Jantung kiri pada linia aksila anterior sinistra.
Auskultasi : - Yang dikaji suara tambahan Jantung misal : murmur BJ III dan IV.
- Bunyi jantung I dan II yaitu sistole dan diastole terdengar pada ICS.
ü Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi : Yang dikaji ada tidaknya striae, ada tidaknya lesid kebersihan.
- Auskultasi :
8
8
7
7
Termasuk normoperistaltik.
- Perkusi : Pada lambung terdengar Hipertympani.
- Palpasi : Dikaji untuk mengetahui Pembesaran hati, ginjal, lien dan bledder.
ü Anus dan Genetalia
Masanya pada gangguan eliminasi Alvi anus dan genetalia tidak mengalami mengalami sedikit sakit karena proses mengejan.
ü Ekstrenitas Kuku
- Bentuk kuku
- Kuku tidak sionosis, warna kuku putih kemerahan, tidak ada odema ekstrinitas, terpasang infus pada tangan disebelah kiri.
ü Tonus Otot
8
8
7
7
Kekuatan otot penuh.
ü Pemeriksaan Neurologis
1. Olfaktori
Dikaji apakah klien mampu mengidentifikasi bau/aroma benda tertentu.
2. Optik
Dikaji apakah klien mampu melihat huruf pada kartu snelen pada jarak 6 m.
3. Okulamator
Dikaji apakah pupil peka terhadap cahaya dan mampu beradaptasi dengan baik.
4. Troklear
Dikaji untuk mengetahui apakah bola mata mampu mampu bergerak keatas dan kebawah.
5. Trigeminal
- Dikaji apakah reflek kornea cepat pada sentuhan kapas.
- Dikaji apakah terdapat nyeri pada wajah.
6. Abdusen
Dikaji apakah bola mata mampu bergerak kesamping kiri, kanan atas dan bawah.
7. Fasial
- Dikaji apakah klien mampu untuk tersenyum, mengerutkan dahi, menaikkan alis.
- Dikaji apakah klien mampu merasakan asin, manis, asem dan pahit.
8. Auditori (Pendengaran)
Dikaji apalkah klien mampu mendengarkan kata-kata dengan baik.
9. Glosofaringeal (Pengecapan, kemampuan menelan, gerak lidah)
- Dikaji apakah klien mampu merasakan asin, manis, asam pada pangkal lidahnya.
- Dikaji apakah reflek GAG baik.
- Dikaji apakah klien mampu menggerakkan lidahnya.
10. Vagus
- Dikaji apakah pada saat bersuara “ah” terdapat gerakan malatum dan faringeal.
- Dikaji apakah timbul GAG.
- Dikaji apakah klien dapat bersuara keras.
11. Aksesori
- Dikaji apakah klien dapat mengangkat bahu dan memalingkan wajah kesisi yang ditahan.
12. Hipoglosial
- Dikaji apakah klien dapat menggerakkan lidahnya kesamping dan keatas kebawah.
<!--[if !supportLists]-->Ø <!--[endif]-->Pemeriksaan penunjang
Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi melalui pemeriksaan laboratorium yang lebih adekuat.
<!--[if !supportLists]-->Ø <!--[endif]-->Penatalaksanaan
<!--[if !supportLists]-->Ø <!--[endif]-->Harapan klien dan keluarga
<!--[if !supportLists]-->Ø <!--[endif]-->Genogram
5. Diagnosa Keperawatan
Menurut ANA (American Nursing Asosiation) diagnosa merupakan respon individu pada masalah kesehatan yang aktual dan potensial (Marilynne. Doenges : 2002).
Diagnosa Keperawatan :
>Gangguan Eliminasi Urine,:
a.Penurunan kapasitas ?iritasi kandung kemih
b.Penurunan Iisyarat kandung kemih
c.Kelemahan otot dasar
d.Ketidak mampun untuk menakses kamar mandi saat diperlukan
e.Penurunan perhatianpada isyarat kandung kemih
*INTERVENSI
1.Pertahankan Hidrasi yg optimal
a. Intake cairan 2-3 L/ hari
b. Beri jarak cairan tiap 2 jam
c. Perbanyak masukan cairan
2.Tingkat berkemih
Pastikan privasi da rasa nyama, bantu klien menggunakan bedpan
3.Tingkat integritas kulit
a. Identifikasikan klien yang berisiko mengalami ulkus
b. Cuci area, bilas dan keringkan setelah BAK
4.Kaji pola berkemih
a. Waktu dan jumlah cairan
b. Tipe cairan
c. Jumlah retensi
d.Jumlah berkemih
5.Jadwalkan program Kateterisasi Intrmitten pada klien dan keluarga untuk penatalaksanaan jangka panjang
a. Jelaskan alasan kateterisasi
b. Jelaskan pentingnya pengosongan kandung kemih
*Retnsi urineb/d okstruksi atau disfungsi neuromuskular
1. Kaji diatensi kandung kemih
2. Tindakan pengosongan kandung kemih
a. Manufer vabsova
-kontraksikan otot abdomen mengejan, tahan nafas sambil meregangkan
-tahan regangan sampai aliran urine berhenti, tunggu 1 menit dan regangkan kmbali
b. Ajarkan manuf credes
-tempatkan kedua tangan diarea umbilikus
-tekan dengan kuat kearah bawah, kearah pelvis
-ulangi 6-7 x sampai urine tidak keluar lagi
c. Ajarkan manufer regangan anal
-duduk pada toilet, bungkuk kedepan pada ke-2 paha
-tempatkan 1 tangan dengan sarung tangan dibelakang bokong
-masukan 1-2 jari yang dilumasi kedalam urine sampai sphingter
-pisahkan bagian jari/ tarik kearah posterior
-perlahan pegang sphingter anus dan tahan mengejan dan berkemih
-ambil nafas dalam tahan waktu mengejan
3. Jika volume residu > 100cc, atau tidak berhasil progamkan kateterisasi intermiten.
4. Catat urine tiap jam
5. Bantu pasien teknik relaksasi
6. Pantau
-TTV
-Masukan cairan untuk cegah hidrasi
7. Kolaborasi dengan tim medis
-Pemberian analgesik
-Pemberian kolinemi
-Pemberian infus
1). Suryono, Slamet (2001) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid ke 2, Jakarta : FKUI
(2). Sunaryo, 2004. Psikologi untuk Keperawatan, Jakarta EGC.
(3). Mansjoer, Arif Et Al, 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 3 Jilid Pertama, Jakarta EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar